Menjadi artis banyak didambakan oleh masyarakat saat ini,
banyak yang berbondong-bondong mendaftar untuk bersaing menampilkan bakat.
Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, laki-laki maupun perempuan, dari
pelosok desa hingga penduduk di tengah kota. Memang ada yang betul-betul
berbakat, tapi tidak sedikit yang bermodalkan semangat tanpa didukung dengan
kemampuan yang diharapkan para juri. Bakat yang ditampilkan seperti menyanyi,
bermain alat musik, menari, sulap, hingga atraksi akrobatik. Semua menginginkan
satu hal, ingin lolos menjadi artis.
Memang enak jadi artis ? sebagian berpikir menjadi artis
akan mendapatkan keuntungan seperti banyak Job, konser, show offline maupun
tampil di layar kaca, banyak duit, dan terpenting ialah menjadi orang terkenal.
Bayangan menjadi orang yang terkenal senantiasa membayangi langkahnya untuk melakukan
segala upaya agar cita-citanya tercapai.
Padahal, tidak selamanya semua keinginan dapat dicapai.
Belum tentu segala upaya dan daya yang telah dikerahkan dapat mencapai apa yang
diinginkannya. Beberapa kasus pernah terjadi, orang yang dijanjikan menjadi
artis terkenal harus berkorban harta
benda, bertaruh dengan kehormatannya, gadis harus menyerahkan keperawanannya.
Macam-macam modus yang berujung penipuan yang dilakukan oleh oknum agen-agen
keartisan.
Orang tua yang bijak memang seharusnya memberikan kesempatan
bagi anak-anaknya untuk berapresiasi sesuai dengan keinginannya, namun alangkah
lebih bijak jika orang tua memberikan pemahaman terlebih dahulu kepada anaknya
dengan teladan yang baik pula. Salah satu contoh, jika kita muslim, apakah yang
harus dipahami terlebih dahulu dalam hidup ini sebelum masalah yang lainnya.
Jawabannya adalah akidah, meyakini bahwa Tiada Tuhan Selain Alloh dan Nabi
Muhammad adalah Utusan-Nya. Menanamkan akidah bukan perkara mudah, karena orang
tua lah yang paling awal melakukannya. Segala sesuatu yang dilakukan seseorang
motivasinya adalah keinginan mendapatkan ridho dan keberkahan dari Tuhannya.
Tingkah laku manusia sudah dicontohkan oleh Utusan Allah, dari segi ibadah
maupun amalan keseharian. Pasti banyak yang masih akan mendebat, masalah yang
berkaitan dengan hati, urusan pibadi
dengan Tuhan itu adalah urusan masing-masing, sesama manusia tidak dapat menghakimi. Tapi coba bayangkan seandainya agama tidak pernah ada di
muka bumi ini, tingkah laku manusia lebih beringas daripada hewan, bebas tanpa
aturan. Keterkaitan keyakinan beragama dengan perilaku keseharian tidak akan
dapat dibeda-bedakan, dipisah-pisahkan karena status sebagai hamba, tidak
pernah lepas dari diri seseorang walaupun ada yang mengaku malaikat, ataupun
nabi.
Menjadi artis tidak semata-mata menjadi terkenal, banyak fans, bergelimang harta, menaikkan
derajat keluarga, disegani tetangga. Menyandang status artis secara tidak
langsung akan menjadi public figure
yang tindak tanduknya akan ditiru masyarakat. Entah yang ditunjukkan hal baik,
ataupun buruk, sadar maupun tidak sadar, penampilan sang artis akan menjadi
inspirasi untuk diterapkan dalam kehidupan masyarakat. Akan banyak sekali
muncul masalah, mulai dari segi berbusana, berbicara, bertingkah laku,
bersosialisasi dengan lingkungan sesama artis, salah bicara saja, dampaknya
akan sangat cepat menyebar luas. Belum lagi kebiasaan dalam hidupnya akan
cenderung berubah, karena adanya aturan, jumpa penggemar, shopping, perawatan
tubuh, jadwal show, dan lain sebagainya.
Kembali kepada keinginan menjadi artis, perlu
untuk dipikirkan berulang kali, yaitu motivasi atau niat, cara yang akan
ditempuh, penampilan atau performance yang akan disuguhkan, materi yang akan
dibawakan, pengaruh positif dan negatif yang akan dimunculkan dari penampilan
tersebut, serta potensi-potensi pelanggaran terhadap aturan agama yang sangat
sering nampak di panggung hiburan, pentas seni, dan acara televisi. Hal-hal
yang jelas-jelas melanggar aturan-aturan
agama dianggap sebagai hal yang sudah biasa dan bahkan digemari. Berapa banyak
wanita membuka aurat dan dipertontonkan di depan masyarakat, goyangan yang
tidak sepantasnya ditampilkan menjadi kesenangan tersendiri untuk dinikmati dan
terkesan jual diri. Inikah yang akan dikejar untuk bekal hidup di masa
mendatang, ataukah berprasangka bahwa tiada hari kebangkitan setelah kematian.
Wallahu a’lam.